Ibadah tak hanya sebatas fisik, betapa banyak diantara umat islam yang selesai mengikuti sebuah siraman rohani/pengajian, baru saja satu langklah keluar dari majelis pengajian hatinya sudah kembali keruh. Betapa banyak mereka yang sholat pagi siang malam tak henti – hentinya menyebut kan namanya hingga jidadnya menebal dan bibirnya basah oleh dzikir namun hatinya sekering pasir gunung sahara. Kenapa bisa demikian? karena hati ini tak tersirami dengan keikhlasan, sehingga semua amal perbuatan terkotori oleh nafsu yang kadang – kadang halus membius manusia tanpa sadar hingga terlena.
Adakah keikhlasan yang sejati? yang seperti apa? apakah mereka yang telah merelakan dengan sepenuh hati melaksanakan tanpa mengharap imbalan apapun bisa dikatakan ikhlas? atau yang menjalankan amal ibadah sesuai tuntunan ( meskipun dalam hati qolbu nya masih mengharap keridhoaan Nya serta balasan dari Nya) bisa dikatakan Ikhlas? bagaimanakah ikhlas dalam pengertian yang mendalam?
Seorang syekh, Ibnu Athahillah mengklasifikasikan Ikhlas ke dalam tiga golongan/tingkatan yang berbeda.
1. Tingkatan ikhlas ahli ibadah
2. Tingkat ikhlas orang muhibbin
3. tingkat ikhlas orang makrifat.
Ikhlas yg pertama adalah ikhlas bisa selamat dari sifat ria’, ujub dan sum’ah. keluar dan bebas dari kesombongan yang merusak amal perbuatan manusia. Menurut salah satu hadits bahwasanya Rasulullah berabda sesungguhnya Ria/Ujub/sombong dapat menghapus amal manusia laksana api membakar kayu bakar sangat cepat dan menghabiskan. tingkatan yang pertama ini adalah tingkatan terendah dari ilmu ikhlas yang bisa di pelajari oleh manusia, dimana amal ibadah hanya semata- mata mengharapkan pahala dan terhindar dari siksa karena murka Nya.
Ikhlas yg kedua adalah beramal karena Allah dengan maksud mengagungkan-Nya. jadi amal yang bukan karena mengharap pahala dan bukan karena takut akan siksaNya. sebagai mana pernah diungkapkan oleh rabi’atul al-addawiyah “saya tidak menyembah kepada-Mu karena takut neraka dan tidak pula mengharapkan surga. akan tetapi saya menyembah kepada-Mu semata – mata untuk mengagungkan-Mu”.
kedua tingkatan iklas diatas itu merupakan amal perbuatan yg masih disandarkan kepada dirinya sendiri.
Ikhlas yg ketiga adalah mengerti bahwasannya Allah-lah yg menggerakkan dan mendiamkan dirinya. sebab pada haqiqatnya manusia sama sekali tiada mempunyai daya kekuatan melainkan karena izin Nya semata (la khaula Wala Quata Ila Billah).sehingga terciptalah kepasrahan yang mutlak tanpa alasan pribadi dan diri ego yang terlintas. nafasnya untukNya, detak jantung, desir pikiran yang mebisik, tiap langkah, tiap kata, tak ada yang mengikuti hawa nafsu, sebuah kepasrahan total yang menciptakan cahaya kehidupan.
Manusia diciptakan dengan kemampuan yang berbeda, namun meski demikian adalah sebuah kemungkinan yang haq bahwa Umar bin Khotob , seorang yang pada massanya pernah memusuhi Rasullullah (Islam) di massa selanjutnya berbalik menjadi pedangnya Islam dan orang yang pertama kali mendukung Islam disebarkan secara terang – terangan.
Meski bagaimana kerasnya sebuah batu, tak akan sanggup melawan tetesan air hujan yang terus – menerus.
1 komentar:
hiiiiiii
Posting Komentar