Allah SWT telah mengecualikan puasa dari semua amal kebaikan yg
berlipat-ganda pahalanya; semua amal kebaikan akan dilipat-gandakan
menjadi sepuluh hingga 700 kali-lipat lain halnya dgn puasa
pelipat-gandaan pahalanya tidak hanya sebatas bilangan di atas melainkan
Allah SWT akan melipatgandakan pahalanya dgn kelipatan yg tak terhingga
banyaknya krn puasa termasuk perbuatan sabar sedangkan Allah SWT
berfirman “? Sesungguhnya hanya orang-orang yg bersabarlah yg dicukupkan pahala tanpa batas.”
. Dan krn inilah disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi saw menamakan
bulan Ramadhan dgn bulan sabar dan dalam hadis lain Nabi saw bersabda “Puasa adl setengah dari kesabaran.”
. Sabar terdiri dari tiga macam 1. Sabar dalam melaksanakan ketaatan
kepada Allah SWT. 2. Sabar dalam menjauhi segala hal yg diharamkan Allah
SWT. 3. Sabar terhadap taqdir atau ketentuan Allah SWT yg menyakitkan.
Ketiga macam sabar ini berkumpul menjadi satu dalam ibadah puasa krn
dalam berpuasa dituntut utk sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada
Allah SWT sabar dalam menjauhi segala hasrat yg diharamkan oleh Allah
SWT atas orang yg berpuasa dan sabar terhadap konsekuensi yg diterima
oleh orang yg berpuasa baik itu berupa perihnya rasa lapar dan dahaga
maupun lemah/letih yg dirasakan oleh jiwa dan raga. Rasa pedih yg timbul
dari amal ketaatan ini akan membuahkan pahala bagi orang yg
melaksanakannya. Ada beberapa faktor yg membuat pahala amal kebaikan
dilipat-gandakan di antaranya - Kemuliaan tempat dilakukannya amal perbuatan
seperti tanah haram oleh krn itu melakukan shalat di Masjidil Haram
Mekah dan masjid Nabawi Madinah akan dilipatgandakan pahalanya oleh
Allah sebagaimana Nabi saw bersabda “Salat satu rakaat di masjidku ini lbh baik daripada salat seribu rakaat di masjid manapun selain masjidil haram.”
. - Kemuliaan waktu pelaksanaan seperti bulan Ramadhan sepuluh hari
pertama bulan Dzul Hijjah. Nabi saw bersabda “Barang siapa melakukan
satu ibadah sunah pada bulan Ramadhan maka ia seperti orang yg
melaksanakan ibadah wajib pada selain bulan Ramadhan. Dan barang siapa
melaksanakan ibadah wajib pada bulan Ramadhan maka ia seperti orang yg
melaksanakan 70 ibadah wajib pada selain bulan Ramadhan.” . Jika puasa
itu sendiri dilipatgandakan pahalanya dibandingkan dgn amal kebaikan
lainnya maka puasa di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan lagi
dibandingkan puasa pada waktu lain. Hal ini krn ia dilakukan pada waktu
yg mulia dan ia merupakan puasa yg diwajibkan Allah SWT atas
hamba-hambaNya serta menjadikannya sebagai salah satu rukun Islam.
Tingkatan Orang yg Berpuasa Ada dua tingkatan orang yg berpuasa Pertama
orang yg meninggalkan makanan minuman dan syahwatnya krn Allah SWT ia
mengharapkan balasannya dari-Nya di surga. Orang ini telah melakukan
perdagangan dan transaksi dgn Allah dan Allah SWT tidak akan
menyia-nyiakan pahala orang yg beramal saleh. Orang ini tidak akan rugi
bertransaksi dgn Allah bahkan ia akan mendapatkan keuntungan yg lbh
besar. Rasulullah saw pernah berkata kepada seorang sahabat “Sesungguhnya
kamu tidak akan meninggalkan sesuatu krn takut kepada Allah kecuali
Allah akan memberimu yg lbh baik dari yg kami tinggalkan itu.” .
Maka orang yg berpuasa ini kelak akan diberikan makanan minuman dan
wanita-wanita di surga atas kehendak Allah SWT.Seorang ulama salaf
berkata “Telah sampai kepada kami kabar bahwa orang-orang yg berpuasa
akan mendapatkan hidangan yg akan mereka makan sedangkan umat manusia
ketika itu sedang dihisab lalu mereka berkata Ya Rabb kami saat ini
sedang dihisab lalu mengapa mereka enak-enakan makan? maka dijawab “Sama saja mereka dulu puasa sedang kamu tidak berpuasa dulu mereka beribadah pada malam hari sedang kamu enak-enakan tidur.” Kedua
orang yg berpuasa di dunia dan hanya menfokuskan seluruh aktifitas
lahir dan bathinnya hanya utk Allah SWT semata ia dapat menjaga
fikirannya ia menjaga perutnya dan ia selalu ingat mati dan ancaman
Allah SWT. Ia menginginkan akhirat karenanya ia meninggalkan perhiasan
dunia maka hari raya nya orang yg berpuasa ini adl hari ketika ia
berjumpa dgn Rabbnya dan ia akan berbahagia krn dapat melihat-Nya.
Barang siapa berpuasa dgn meninggalkan segala syahwatnya di dunia maka
ia akan mendapatkannya esok di surga dan barang siapa berpuasa dgn
meninggalkan segala sesuatu dan memfokuskan seluruh aktifitas lahir dan
bathinnya hanya kepada Allah SWT maka hari rayanya adl hari dimana ia
berjumpa dgn Rabbnya. “Wahai kekasih semua hati siapakah yg akan
bersamaku selain Engkau kasihanilah hamba yg berdosa ini yg datang
menemui Engkau hari ini wahai Rabbku tidaklah hamba ini memiliki bekal
di surga-Mu namun hamba sangat menginginkannya agar hamba dapat
melihatMu.” Wanginya Orang yg Berpuasa Bau mulut orang yg berpuasa adl
aroma yg keluar dari hawa tak sedap yg timbul krn kekosongan perut besar
dari makanan ketika berpuasa ia adl aroma yg tidak disukai oleh
penciuman manusia di dunia ini namun bagi Allah ia adl aroma yg harum
krn ia timbul dari ketaatan dan pencarian ridha-Nya. Sebagaimana darah
orang yg mati syahid akan datang pada hari kiamat berupa darah yg
mengalir berwarna darah namun harumnya seperti harumnya minyak kesturi.
Mengenai harumnya aroma mulut orang yg berpuasa bagi Allah SWT terdapat
dua pengertian Ketika puasa menjadi rahasia antara seorang hamba dgn
Tuhannya di dunia maka Allah akan menampakkannya di akhirat di hadapan
makhluk-makhluk-Nya agar dgn ini semua orang-orang yg berpuasa menjadi
terkenal di kalangan semua orang sebagai balasan dari usaha mereka utk
merahasiakan puasa mereka di dunia. Orang yg beribadah dan taat kepada
Allah serta berusaha mencari ridha-Nya di dunia dgn suatu amal yg
meninggalkan beberapa pengaruh yg tidak disukai oleh jiwa-jiwa manusia
di dunia maka pengaruh-pengaruh yg tidak disukai ini akan disuaki Allah
bahkan sangat harum bagi-Nya krn ia timbul dari ketaatan dan pencarian
ridha-Nya. Dengan dikabarkannya hal tersebut di atas bagi orang-orang yg
beramal di dunia akan membuat hati mereka tenang dan tentram agar
segala yg dijumpainya di dunia tidak mereka benci. Bau mulut orang-orang
yg berpuasa lbh harum dari aroma minyak kesturi lapar yg mereka rasakan
krn Allah adl rasa kenyang dahaga yg mereka rasakan demi mencari
ridha-Nya adl kesegaran dan letih yg dirasakan oleh orang-orang yg
bersungguh-sungguh dalam berkhidmat kepada-Nya adl kesenangan. Sumber
Diadaptasi dari Lathaif al-Ma’arif fi Ma li Mawasim al-’Am min al-Wadhaif al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
sumber file al_islam.chm
sumber file al_islam.chm
0 komentar:
Posting Komentar